Memperoleh Kekayaan Mulia
Puja Bakti Umum
Minggu, 17 Pebruari 2019
Vihara Sasana Subhasita
Sharing Dhamma: Pmd. Lince
Tema Dhamma: Memperoleh Kekayaan Mulia
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x)
-Orang bijaksana tetap hidup bahkan jika ia harus kehilangan harta bendanya, tetapi orang yang memiliki harta benda tanpa kebijaksanaan ia tidak hidup bahkan pada saat ini.- Theragatha 499
Ketika kita berbicara tentang kekayaan, apa yang ada dalam pikiran kita??
Kebanyakan kita melihat kekayaan dari segi materi-harta berupa: uang, mobil, perhiasan, rumah, dan materi lainnya.
Kekayaan materi hanyalah bersifat sementara karena bentuk materi dapat hilang dicuri orang lain, terbakar, terbawa arus banjir, dan bencana lainnya.
Ada kekayaan yang tidak dapat dicuri, kekayaan yang mengikuti kemanapun kita pergi.
Bila seseorang memiliki Kekayaan ini, maka orang itu dikatakan hidupnya sangat sukses dan berhasil.
SATTA ARIYA DHANA - 7 Kekayaan Mulia
(Sankhittadhanasutta - Anguttara Nikaya)
1. Saddha (Keyakinan)
Sebagai umat Buddha, keyakinan kepada Tiratana merupakan langkah awal dan fondasi sebelum kearah selanjutnya.
Kekayaan Saddha-keyakinan yang tidak membabibuta karena Sang Buddha mengajarkan kepada kita tidak hanya datang dan percaya; tetapi datang, lihat, dan buktikan - Ehipassiko.
Tidak hanya datang, Namaskara 3x, baca paritta langsung dapat 'tiket' ke surga. Tidak seperti itu!!
Tetapi buktikan apakah benar yang diajarkan Sang Buddha. Buktikan bahwa siapa yang menanam kebaikan hasilnya adalah kebahagiaan, dan siapa yang menanam keburukan hasilnya penderitaan. Inilah yang harus kita buktikan, kita rasakan sendiri.
2. Sila (Perilaku Moral)
Sila berarti disiplin, tingkah laku yang baik, karakter yang baik, pengendalian tingkah laku seseorang, baik melalui pikiran, ucapan dan jasmani.
Sila merupakan fondasi dari semua perbuatan baik
Menghadapi kemerosotan moralitas dewasa ini, sebaiknya kita tetap bertekad dan berusaha menjalankan sila untuk membentengi kita agar tidak melakukan perbuatan tidak baik.
-Bagi orang yang memiliki keyakinan dan sila yang sempurna, akan memperoleh nama harum dan kekayaan, pergi ke tempat manapun ia akan selalu dihormati - Dhammapada, 303-
3. Hiri (Malu Berbuat Jahat)
Malu untuk melakukan tindakan kejahatan (melanggar Pancasila Buddhis).
4. Ottapa (Takut akan Akibat Perbuatan Jahat)
Bila melakukan kejahatan akan terlahir di alam menderita.
Hiri & Ottapa menjadi rem bagi kita sehingga kita dapat hidup bahagia, merasa aman / nyaman kemanapun kita pergi.
Hiri & Ottapa sebagai Dhamma Pelindung Dunia (Lokapaladhamma).
5. Bahusacca (Pengetahuan Dhamma)
Pengetahuan Dhamma dapat diperoleh dari sharing Dhamma di vihara, membaca buku-buku Dhamma, medsos terkait Dhamma.
Pergunakan medsos dengan bijak untuk menambah pengetahuan Dhamma.
Jangan jadikan 'jempol-mu' harimau-mu.
6. Caga (Kemurahan Hati / Kedermawanan)
Kemurahan hati adalah melepaskan, berbagi kepada orang yang membutuhkan.
•Tingkat permulaan: berdana barang-barang yang sederhana seperti makanan, pakaian, obat-obatan dan lainnya.
•Tingkat menengah: memberikan apa yg ada di dalam diri kita; misalnya: donor darah, donor mata.
Kita dapat mendonorkan anggota tubuh kita diakhir kehidupan kepada orang lain yang membutuhkan dan melepas / tidak melekat pada badan jasmani yang kita tinggalkan.
•Tingkat yang paling tinggi: mengorbankan diri sendiri demi keselamatan orang lain atau makhluk lain. Seperti kisah Jataka tentang calon Bodhisatta yang menjatuhkan diri ke jurang mengorbankan diri untuk menjadi makanan harimau yang ingin memakan salah satu anaknya.
7. Panna (Kebijaksanaan)
Kebijaksanaan dapat dicapai dengan 3 cara:
- Suttamaya Panna
Kebijaksanaan yang diperoleh melalui mendengarkan Dhamma.
- Cintamaya Panna
Kebijaksanaan yang diperoleh karena sering berpikir tentang segala sesuatu yang ia hadapi dan mencari penyelesaiannya.
- Bhavanamaya Panna
Kebijaksanaan yang diperoleh melalui meditasi.
Meditasi adalah menjaga kesadaran pada objek, tidak membiarkan pikiran berlarut mengembara ke masa yang sudah lewat maupun membayangkan masa depan.
MEDITASI
-Tukang kayu atau pembantunya memegang peralatannya yang sudah usang disebabkan jari-jari dan ibu jari-nya, tapi dia tidak perlu mengetahui berapa kali peralatannya terpakai hari ini, berapa kali kemarin dan berapa kali lagi di lain waktu. Demikian pula hal-nya, seseorang dengan tekun melaksanakan meditasi tidak perlu mengetahui berapa banyak kotoran batin terhapus hari ini, berapa banyak kemarin dan berapa lagi di lain waktu. Cukup bahwa dia mengetahui bahwa kotoran itu sedang terhapus - Samyutta Nikaya III : 154 -
Jika seseorang meskipun ia miskin harta materi tetapi ia memiliki ketujuh faktor ini maka ia dikatakan orang yang kaya.
Hidupnya penuh kebajikan, berguna bagi makhluk lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
Salam Metta
Sabbe sattā bhavantu sukhitattā
Semoga semua makhluk berbahagia
Sādhu, sādhu, sādhu
Dirangkum oleh: Lij Lij
Related Postview all
Menjadikan Imlek Lebih Bermakna Tahun Ini
2 SUDUT PANDANG TAHUN BARU IMLEKI. Mitologi - cerita legenda tahun baru imlekPada jaman dahulu kala di negeri China, hiduplah sesosok makhluk bernama Nian (baca: nien). Bentuk tubuhnya ... [Selengkapnya]
Bagaimana Cara Kita Mempraktekan Dhamma dalam Kehidupan Sehari - Hari
Sudahkah kita mempraktekan dhamma dlm kehidupan sehari - hari ? Ada yg menjawab gampang saya sudah bisa , berbuat baik sudah banyak Disini coba kita renungkan , kita selalu belajar dari ... [Selengkapnya]
5 Kekuatan Menuju Tujuan
Setiap orang di dunia tentu memiliki tujuan dalam hidupnya, entah tujuan yg terarah maupun tujuan yg seadanya namun banyak yg tidak menyadari bahwa untuk mencapai tujuan, kita mesti ... [Selengkapnya]
Menjadi Mulia dengan Mengalahkan Diri Sendiri
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa. (3x) "Sesungguhnya mereka yang dapat mengalahkan dirinya sendiri, memiliki sifat yang mulia." Dapat berkumpul melaksanakan puja bakti ... [Selengkapnya]
Menghitung Potensi Diri dari Shio dikaitkan dengan Dhamma
Orang Tionghoa sangat konsen terhadap ramalan keberuntungan, nasib baik dan nasib buruk dari shio seseorang. Sejak jaman Dinasti Hwang Di (Kaisar Kuning) dimana 90% bangsa Han yang ... [Selengkapnya]