Menjadikan Imlek Lebih Bermakna Tahun Ini
Puja Bakti Umum
Minggu, 3 Februari 2019
Vihara Sasana Subhasita
Sharing Dhamma: Rm. Harsono Sugianto, SE., CPS
Tema Dhamma: Menjadikan Imlek Lebih Bermakna Tahun ini
2 SUDUT PANDANG TAHUN BARU IMLEK
I. Mitologi - cerita legenda tahun baru imlek
Pada jaman dahulu kala di negeri China, hiduplah sesosok makhluk bernama Nian (baca: nien). Bentuk tubuhnya seperti kerbau berkepala seperti singa, bertaring dan berkuku tajam. Ketika Nian bangun dari tidur musim dinginnya, dia merasa lapar. Karena rasa lapar itu maka Nian turun dari gunung dan memakan apa saja yang ditemuinya termasuk ternak dan manusia. Sehingga penduduk disekitar gunung tersebut merasa ketakutan. Di penghujung tahun, akhir musim dingin; mereka akan menaruh banyak makanan di depan rumahnya dan menutup pintu rapat-rapat, bersembunyi dari makhluk bernama Nian tersebut.
Suatu ketika mereka bertemu dengan orang bijaksana yang kemudian memberi tahu penduduk desa mengenai 3 hal yang ditakuti oleh Nian, yaitu: api, suara ribut, dan warna merah. Oleh karena itu ketika musim dingin berakhir, para penduduk desa menyalakan petasan, memukul genderang, dan berpakaian merah. Hasilnya Nian berlari ketakutan dan tidak pernah kembali lagi. Setelah kejadian itu, penduduk desa selalu melakukan hal yang sama pada setiap malam tahun baru. Tradisi tersebut terus berlanjut hingga saat ini dan menjadi ritual penting dalam merayakan tahun baru imlek.
Apa sih sesungguhnya perayaan imlek itu?
Perayaan imlek sesungguhnya menyambut tibanya musim semi; dimana musim semi merupakan masa yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat di negeri china yaitu masa untuk mulai bercocok tanam dan diputarnya roda ekonomi.
Apakah Tahun Baru Imlek merupakan Hari Raya Agama Buddha?? Bukan, tahun baru imlek bukan merupakan hari raya agama Buddha. Tahun baru Imlek merupakan tradisi masyarakat Tionghoa. Kebiasaan dalam masyarakat biasanya seiring sejalan dengan agama. Oleh karena itu masyarakat tionghoa merayakan imlek.
II. Sudut pandang Buddha Dhamma
Bagaimana memaknai perayaan Imlek dari sudut pandang Buddha Dhamma?
1. Praktik Berdana
Dalam perayaan imlek biasa ada angpao, jeruk, kue keranjang dan lain-lain.
Perayaan imlek dapat dimaknai dengan praktek berdana.
Menurut ajaran Sang Buddha ada 4 bentuk dana:
• Amisa dana – dana materi.
• Paricaya dana – dana tenaga.
• Abhaya dana – dana memaafkan, memberi rasa aman dan nyaman dan menyelamatkan kehidupan.
• Dhamma dana – dana pengetahuan / kebenaran.
Pada saat imlek kita berdana materi (berupa angpao), berdana tenaga (sebelum imlek biasanya kita bersih-bersih rumah), berdana memaafkan (ketika saling berkunjung, saling memaafkan dan memberi rasa aman & nyaman), makan malam bersama keluarga di rumah berkumpul di malam imlek menjadi momen untuk berdana memaafkan, memberi rasa aman dan nyaman.
2. Praktik Penghormatan
Praktik melakukan penghormatan.
Sang Buddha mengajarkan menghormat 6 arah (Sigalovada Sutta DN 31) :
• Timur – ayah & ibu
• Selatan – guru
• Barat – istri / suami & anak
• Utara – sahabat
• Atas – guru agama & brahmana
• Bawah – karyawan / pelayan
Gunakan kesempatan menghormati orangtua pada saat orangtua kita masih hidup, gunakan momen imlek untuk ber-namaskara kepada orangtua kita.
3. Praktik Perenungan
Imlek merupakan momen yang sangat baik untuk melakukan perenungan terhadap apa yang telah kita lakukan sepanjang tahun, hal baik apa yang telah kita lakukan, hal buruk apa yang telah kita lakukan.
Setelah merenung, kita lakukan suatu daya upaya benar yang merupakan 1 dari jalan mulia berunsur 8:
• Mencegah hal-hal tidak baik agar tidak masuk kedalam diri kita.
• Lenyapkan hal-hal tidak baik yang sudah ada dalam diri; mengurangi, membuang keburukan & pelanggaran sila yang telah dilakukan agar tidak kita lakukan lagi ditahun mendatang.
• Tambah hal-hal baik dalam diri.
Apa kebaikan yang belum kita lakukan?
• Kembangkan hal-hal baik yang sudah ada dalam diri.
4. Praktik Moralitas
Apa kaitannya praktik moralitas dengan imlek?
Salah satunya adalah Peruntungan & Chiong.
Apa yang tertulis didalam buku ramalan (thongshu) adalah ilmu bukan mistik; semua itu adalah ilmu yang dipelajari nenek moyang kita selama berpuluh-beribu tahun berisi rangkaian analisa yang memberikan petunjuk.
Hendaknya kita melihat dari sudut yang berbeda.
Ketika hari baik tetapi kita lalai dan menciptakan situasi menjadi tidak baik - lalu siapa yang menyebabkan 'chiong'?
Ketika hari kurang baik dan kita dapat mengendalikan suasana hati sehingga dapat bertindak dengan baik - siapa yang membuat 'peruntungan'?
Jadi siapa yang membuat peruntungan atau chiong??
Kita lah yang membuat peruntungan itu dengan mengatasi situasi sebijak mungkin terkait dengan pelaksanaan sila.
Dalam Mahaparinibbana Sutta DN 16 disebutkan manfaat menjalankan sila:
• Kekayaan berlimpah
• Reputasi baik tersebar luas
• Penuh percaya diri
• Meninggal dengan tenang
• Terlahir di alam baik
Inilah yang kita cari; inilah yang menentukan peruntungan kita.
Setelah kita mengetahui 4 hal yang akan memaknai imlek kita, hendaknya kita praktikkan 4 hal tersebut menjadi titik mulai dari 365 hari kita setahun ke depan; bukan hanya di hari pertama imlek sampai 'capgomeh' saja; ini merupakan langkah awal kita untuk 365 hari kedepan.
Kita tidak memaknai hanya pada perayaan tetapi kita memaknainya sepanjang tahun sampai pada pergantian tahun berikutnya.
Itulah makna sesungguhnya yang bisa kita berikan untuk perayaan imlek.
Selamat Tahun Baru Imlek
Semoga semua berkah kebaikan melimpah kepada kita semua.
Sādhu, sādhu, sādhu
Dirangkum oleh: Lij Lij
Related Postview all
Bagaimana Cara Kita Mempraktekan Dhamma dalam Kehidupan Sehari - Hari
Sudahkah kita mempraktekan dhamma dlm kehidupan sehari - hari ? Ada yg menjawab gampang saya sudah bisa , berbuat baik sudah banyak Disini coba kita renungkan , kita selalu belajar dari ... [Selengkapnya]
5 Kekuatan Menuju Tujuan
Setiap orang di dunia tentu memiliki tujuan dalam hidupnya, entah tujuan yg terarah maupun tujuan yg seadanya namun banyak yg tidak menyadari bahwa untuk mencapai tujuan, kita mesti ... [Selengkapnya]
Menjadi Mulia dengan Mengalahkan Diri Sendiri
Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa. (3x) "Sesungguhnya mereka yang dapat mengalahkan dirinya sendiri, memiliki sifat yang mulia." Dapat berkumpul melaksanakan puja bakti ... [Selengkapnya]
Menghitung Potensi Diri dari Shio dikaitkan dengan Dhamma
Orang Tionghoa sangat konsen terhadap ramalan keberuntungan, nasib baik dan nasib buruk dari shio seseorang. Sejak jaman Dinasti Hwang Di (Kaisar Kuning) dimana 90% bangsa Han yang ... [Selengkapnya]
Saringan Pikiran, Landasan Indriya dan Keakuan
Memulai sesuatu yang mungkin belum pernah dilakukan melalui sebuah tulisan bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi mengenai yang memang tidak kasat mata namun benar-benar nyata ada dalam ... [Selengkapnya]