Penyebab Keruntuhan dan Kehancuran
Puja Bakti Umum
Minggu, 2 Desember 2018
Vihara Sasana Subhasita
Sharing Dhamma : Dr. Kartika Joswidjaja SE, SPd, MM
Tema Dhamma : Penyebab Keruntuhan dan Kehancuran
Ketika Raja Pasenadi dari Kosala bertanya kepada Sang Buddha mengenai apa arti kehidupan; untuk apa hidup dan apa yang harus kita perbuat dalam hidup?
Sang Buddha menjawab Raja Pasenadi dengan pertanyaan jika ada sebuah 'Gunung' tinggi yang ujungnya menempel sampai ke awan; gunung itu dapat berjalan dan mengilas apapun yang dilewatinya. Jika gunung tersebut datang kepada Raja Pasenadi, apa yang akan dilakukan?
Raja Pasenadi menjawab bahwa ia akan mengumpulkan / mengerahkan semua pengawal yang dimiliki untuk melindungi dirinya, juga mengumpulkan emas-emas seluruh kekayaannya; serta memgumpulkan seluruh dayang-dayang cantik mengelilingi dirinya.
Apakah semua yang dilakukannya itu akan dapat melindunginya dari gilasan gunung tersebut??
Gunung tersebut diibaratkan sebagai 'Kematian'.
Siapapun tidak dapat menghindari kematian.
Semua akan di 'gilas' oleh kematian dan kelapukan.
Lalu apa yang harus kita lakukan dalam kehidupan ini??
1. Hidup sesuai dengan Dhamma.
Berusahalah untuk tidak sedikitpun menyentuh kilesa / kekotoran batin; minimal dengan menjalankan Pancasila.
2. Hidup dengan benar.
Adalah dengan menghindari lobha, dosa, moha agar terhindar dari kelahiran di 4 alam rendah.
3. Melakukan perbuatan baik dan berjasa.
Apakah yang dimaksud perbuatan baik dan berjasa??
Dikisahkan pada zaman dahulu, seorang bernama Jung da wei menghadap Raja Kematian. Di dalam ruang sidang, seluruh dinding dipenuhi oleh semua perbuatan buruk Jung da wei semasa hidupnya. Dari seluruh dinding perbuatan buruk tersebut terdapat hanya 1 kertas kecil yang apabila digulung hanya sebesar 1 batang sumpit.
Apa isi kertas sebatang sumpit itu?
Jung da wei ternyata adalah seorang yang terlahir miskin tetapi berkeinginan untuk membangun tempat ibadah. Dia mengumpulkan batu sedikit demi sedikit seorang diri untuk membangun sebuah tempat ibadah. Apa yang dilakukannya tersebut dilihat oleh orang-orang dan mereka pun mengikuti apa yang dilakukan Jung da wei, membantunya mengumpulkan batu-batu sehingga pada akhirnya terbangunlah satu tempat ibadah.
Dilain waktu, dengan kebaikan hatinya, Jung da wei melihat kesulitan para petani yang harus berputar jalan menempuh jarak 40km untuk dapat menjual hasil tani nya ke pasar.
Jung da wei berusaha membuat sebuah jembatan dengan mengikat kayu-kayu, namun ikatannya tidak cukup kuat sehingga terlepas. Dia tidak putus asa untuk tetap mengikat kayu-kayu tersebut. Hal itu dilihat oleh banyak orang dan mendorong mereka untuk membantu sehingga mereka semua bekerjasama membuat sebuah jembatan permanen yang sangat membantu para petani.
Jung da wei juga merawat orang tua nya dengan baik.
Itulah yang disebut perbuatan baik yang berjasa.
Kita selama ini berusaha untuk hidup sesuai Dhamma. Kesempatan mendengarkan Dhamma itu sangat sulit, maka janganlah dilewati.
"Mātāpitu-upaṭṭhānaṁ
Puttadārassa saṅgaho
Anākulā ca kammantā
Etammaṅgalamuttamaṁ"
- Membantu ayah dan ibu,
menyokong anak dan istri,
dan bekerja dengan sungguh-sungguh,
Itulah Berkah Utama -
Apakah benar :
2+2=6???
2+2=9???
Apa artinya?
=> disekeliling kita banyak sekali pandangan salah. Bahkan terkadang sudah salah tetap ngotot.
Yang benar adalah : 2+2=4
Itulah Dhamma Sang Buddha - Dhamma yang diajarkan dengan benar dan pembuktian secara Ehipassiko.
Kita sebagai umat Buddha telah mendapatkan Dhamma yang benar, oleh karena itu sepatutnya kita harus kuat agar tidak terpengaruh oleh ajaran-ajaran lain yang berpandangan salah.
Berpegang teguh pada Buddha Dhamma dan berlatihlah dengan baik.
Hidup kita diibaratkan bagai perahu ingin mencapai tujuan di seberang.
Kita memiliki 2 tujuan secara Jasmani dan Batin.
- Secara jasmani; memiliki keinginan duniawi: ingin kaya raya, terkenal.
- Secara batin; keinginan mencapai yang diluar duniawi yaitu mencapai Nibbana.
'Perahu' diibaratkan sebagai perbuatan baik, agama, dimana kita harus berusaha sendiri mendayung untuk menyeberang dengan kekuatan karma masing-masing.
Sabbe sattā, Kammassakā, Kammadāyādā, Kammayonī, Kammabandhū, Kammapaṭisaraṇā.
Yaṁ kammaṁ karissanti, Kalyāṇaṁ vā pāpakaṁ vā, Tassa dāyādā bhavissanti.
- Semua makhluk adalah pemilik perbuatan mereka sendiri, terwarisi oleh perbuatan mereka sendiri, lahir dari perbuatan mereka sendiri, berkerabat dengan perbuatan mereka sendiri, tergantung pada perbuatan mereka sendiri.
perbuatan apa pun yang akan mereka lakukan, baik atau pun buruk, perbuatan itulah yang akan mereka warisi.
'Perahu' dapat terbalik dan tengelam ditengah jalan oleh karma kita sendiri.
Lalu bagaimana kita mempersiapkan diri untuk mampu mencapai seberang dengan baik??
Pahamilah 2 anak panah:
1. Menembus jasmani
Semua persoalan yang ada di dunia adalah Dukkha.
Kesedihan adalah dukkha.
Kegembiraan adalah dukkha karena pasti ada akhirnya.
2. Menembus batin.
Dukkha melekat pada batin.
Makhluk duniawi yg tidak terlatih:
1. Ketika untung : dia gembira
2. Ketika rugi : dia bersedih
3. Ketika tenar : dia gembira
4. Ketika jatuh : dia bersedih
5. Ketika dipuji : dia gembira
6. Ketika dihina : dia bersedih
7. Ketika senang : dia gembira
8. Ketika menderita : dia bersedih
Semua yang terjadi di dunia ini adalah 'sampah' yang mengotori batin kita.
Ibarat gelas yang berisi air; gelas adalah batin kita, air yang mengisinya adalah kekotoran batin.
Ketika berjalan kita berhati-hati agar air tidak tercecer keluar; seperti halnya kita mencegah agar kotoran batin kita tidak keluar.
Buanglah 'sampah' dari dalam diri kita supaya tidak mencemari diri dan lingkungan kita.
Meditasi adalah salah satu cara untuk membantu 'membuang sampah'.
Jika kita tidak mampu membuang sampah maka kebanyakan akan lari pada kesenangan duniawi. Diskotik, minuman keras, obat-obatan, dan hal lain yang tidak bermanfaat.
Makhluk suci yang terlatih adalah yang memandang; untung-rugi, ketenaran-kejatuhan, pujian-celaan, kesenangan-penderitaan; sebagai apa adanya dan tidak kekal; ia tidak bersedih, ia tidak berduka, ia tidak meratap, ia tidak menangis; karena semua hal itu.
Ketika panah kedua menembus batin; patahkanlah! Artinya adalah ketika kita mengalami suatu permasalahan, janganlah dipikirkan.
Fokuslah pada batin, hilangkan semua sampah. Melepas karena sesungguhnya semua yang terjadi adalah timbul dan tenggelam.
Kenikmatan duniawi ibarat setumpuk daging bagi seekor anjing; padahal sebenarnya hanyalah tulang yang tidak bermanfaat.
Kesenangan duniawi yang berbahaya jika tidak dilepas maka akan membahayakan diri kita sendiri. Kesenangan duniawi bagaikan mimpi.
'Wadah kehidupan' yang diisi bersama oleh suami-istri hendaknya dijaga dengan baik agar tidak terjadi 'aliran keluar' yang tidak sepantasnya yaitu: perselingkuhan, judi, minuman keras, dan salah pergaulan.
Jagalah 'wadah kehidupan' agar tidak terbalik dan terhindar dari kehancuran / kebangkrutan.
Pergunakan yang telah kita miliki dengan baik dan bijaksana untuk keperluan berdana, membantu orang tua dan sanak saudara.
Adalah tidak mudah untuk mengabaikan 'sampah' tapi kita dapat melakukannya pelan-pelan sedikit demi sedikit maka akan timbul kesadaran sendiri.
Ingatlah bahwa mangga yang manis pasti ditimpuki orang; hal baik yang kita lakukan akan membuat iri orang. Tetaplah berfikir positif maka batin kita akan berkembang.
Membantu sanak keluarga janganlah dengan prasangka. Yakinlah bahwa sanak keluarga kita tidak akan meminta bantuan kita untuk hal-hal yang tidak baik. Tetaplah berfikir positif dan bantulah; karena rejeki kita adalah karma dari kita sendiri.
Berdana dengan bijak; berdana di ladang yang subur tidaklah mutlak harus kepada Bhikkhu. Berdana di ladang yang subur adalah ketepatan kita menempatkan dana kepada yang benar-benar membutuhkan; bukan karena reputasi.
Mohon maaf jika ada kesalahan pendengaran dan pemahaman.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
🍀Semoga Buddha Dhamma Lestari🙏🏻
Related Postview all
Hingga Akhir Waktu
Sharing narasumber dalam poses mencari jati diri menemukan 'agama' yang sesuai dengan keyakinan.Sejak kecil karena lingkungan sekolah mengarahkan untuk beragama 'K'.Bagi seorang anak kecil ... [Selengkapnya]
Sungguh Beruntung Terlahir sebagai Manusia
"Kiccho manussapatilābho, kicchaṁ maccāna jīvitaṁ" "Kicchaṁ saddhammassavanaṁ, kiccho buddhānaṁ uppādo’ti." "Sungguh sulit untuk dapat terlahir sebagai manusia, ... [Selengkapnya]
Kisah Seorang Buta
Kisah Seorang Butaby: YM. Bhikkhu Sri Paññavaro Mahatera Di suatu desa kecil, hidup seorang buta yang tidak bisa melihat sama sekali meskipun samar-samar.Kemana-mana selalu ... [Selengkapnya]
Empat Istri
Kisah Inspiratif - 4 Istri Empat Istri Pada zaman dahulu, ada seorang pedagang kaya yang memiliki ... [Selengkapnya]
Kiat Menuju Sukses
Kita sebagai manusia umumnya memiliki keinginan untuk: 1. Hidup kaya & bahagia 2. Mati masuk surga Dhamma Ajaran Sang Buddha tidak hanya diperuntukkan untuk para Bhikkhu ... [Selengkapnya]