Berita / Ceramah

Mengatasi Kebencian


Puja Bakti Umum
Vihara Sasana Subhasita
Minggu, 28 Agustus 2022
Dhammadesanā: P.Md Ariya Aan Suherman
Tema Dhamma: Mengatasi Kebencian
Penulis & Editor: Lij Lij


Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x)

Na hi verena verāni,
sammantīdha kudācanaṃ;
Averena ca sammanti,
esa dhammo sanantano.

Sesungguhnya dengan kebencian,
kebencian tidak akan pernah reda kapanpun di dunia ini;
Dengan tanpa kebencian, kebencian reda,
Inilah hukum abadi.

- Dhammapada 5 -

Di dalam kehidupan kita apalagi sebagai perumah tangga tentunya sering bertemu dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ketika bertemu dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan, kebanyakan dari kita timbul rasa tidak suka, membenci walaupun baru diawali dari pikiran kita. Rasa membenci yang mendalam untuk waktu yang lama suatu ketika akan menjadi ledakan yang hebat ketika ada kesempatan; seperti contoh timbulnya kerusuhan akibat dari kebencian yang meledak.

Sang Buddha mengajarkan untuk tidak membenci; tidak membalas kebencian dengan kebencian melainkan dengan cinta kasih.
Sanggupkah kita?? HARUS BISA. Tugas kita sebagai umat Buddha selayaknya menjalankan Ajaran Sang Buddha yaitu mengikis Lobha, Dosa, dan Moha. Lobha bersifat menggenggam / mengumpulkan / ingin lagi dan lagi. Dosa bersifat ingin menyingkirkan. Lobha dan Dosa selalu muncul berbarengan dengan Moha. Dosa atau kebencian sering hadir dalam kehidupan kita; entah kita yang membenci ataupun kita yang dibenci. Ketika kita dibenci oleh orang lain berarti kamma-vipāka (buah karma) kita sedang berbuah. Sebaliknya ketika kita membenci seseorang berarti kita sedang melakukan kamma yang baru.

Bagaimana menanggapi Kebencian
Kebencian timbul karena ketidaksukaan; menentang objek yang diterima; menetapkan keputusan negatif atas objek yang diterima. Bagaimana menanggapi kebencian adalah tergantung pada pola pikir kita.
Sebagai contoh: ketika seorang anak berperilaku kurang ajar terhadap orangtua-nya, perlukah orangtua-nya marah hingga memukuli anaknya tersebut? Menghadapi situasi seperti ini, hendaknya orangtua merubah pola pikir; ketika anak berlaku kurang ajar berarti anak tersebut telah melakukan karma buruk yang akan menghasilkan buah yang buruk pula; sehingga sebagai orangtua justru akan timbul belas kasihan terhadap anak tersebut bukan ‘pukulan’.

Dalam Aṅguttara Nikāya 5:161, Sang Buddha mengajarkan cara untuk melenyapkan kebencian atau kekesalan kepada orang lain, yaitu :

1. Kita harus mengembangkan cinta-kasih (mettā) terhadap orang yang membuat kita kesal
Pengembangan cinta kasih haruslah universal, bukan hanya kepada orang-orang yang kita sukai / sayangi saja tetapi kita juga harus mengembangkan cinta kasih kepada orang yang tidak menyukai kita bahkan orang yang membuat kita kesal. Mengembangkan cinta kasih baik dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan. Kita sering mengucapkan Sabbe sattā bhavantu sukhitattā seharusnya diresapi dengan penuh cinta kasih. Munculkan cinta kasih terhadap anak, pasangan, keluarga, dan orang-orang disekitar kita.

2. Kita harus mengembangkan belas-kasih (karuṇā) terhadap orang yang membuat kita kesal
Jika muncul kekesalan terhadap seseorang atau siapapun, maka hendaknya kembangkan kasih sayang dengan sebaik-baiknya sehingga yang muncul bukanlah rasa kesal tetapi rasa belas kasihan, mengharapkan orang itu bebas dari penderitaan; sehingga kebencian terhadap orang tersebut dapat dilepaskan. Kembangkan belas kasih terhadap sesama, kesediaan membantu mereka yang menderita.

3. Kita harus mengembangkan rasa tenang-seimbang (upekkhā)
Batin yang tenang seimbang harus senantiasa kita kembangkan agar kita dapat menghentikan rasa kesal / benci kepada makhluk lain. Batin kita harus selalu waspada. Kita harus ingat bahwa kebencian hanya akan merugikan diri kita sendiri.

4. Kita perlu mengabaikan (asatiamanasikāro) dan tidak memperhatikannya (āpajjitabbo)
Jika kita terlalu fokus dengan orang yang membuat kita kesal maka kebencian dan penderitaan kita terus bertambah. Sebaiknya kita tidak perlu memikirkan orang lain yang membuat kesal, alihkan dengan kegiatan lain yang lebih bermanfaat dan dapat membuat kita bahagia. Mengabaikan atau melupakan kebencian, tidak menyimpan kebencian. Kebanyakan dari kita lebih mengingat apa yang dibenci daripada hal baik lainnya. Segeralah hapus kebencian, karena kebencian itu mempengaruhi kesehatan kita; sebaliknya ingatlah hal-hal baik yang indah yang pernah kita lakukan (misal : berdana). Mengapa demikian? Karena kemungkinan ‘ingatan’ atas kamma tersebut muncul sebagai janaka-kamma pada akhir kehidupan kita saat ini. Kelahiran kita berikutnya ditentukan oleh pikiran terakhir kita ketika menjelang kematian (Janaka-kamma). Oleh karena itu hendaknya kita mengkondisikannya sejak saat ini sehingga pikiran yang muncul pada saat akhir nanti adalah hal-hal yang baik bukan hal-hal yang buruk.

5. Menerapkan gagasan kepemilikan kamma (kammassakatā)
Jika muncul kebencian terhadap seseorang atau siapapun, maka hendaknya mengarahkan pemikiran tentang Hukum Kamma. Kita harus menyadari, memahami dan merenungkan kammassaka kammadāyāda kammayoni kammabandhu kammapaṭisaraṇa bahwa dia adalah si pelaku bagi kammanya sendiri, pewaris kammanya sendiri, lahir dari kammanya sendiri, berhubungan dengan kammanya sendiri, dan tergantung pada kammanya sendiri. Apapun kamma yang diperbuat, baik atau buruk maka itulah yang akan kembali kepada diri sendiri. Dengan demikian kebencian dapat dilepaskan.

Sebagai umat Buddha, kita hendaknya memiliki pemahaman yang kuat terhadap Hukum Kamma. Karena dengan memahami Hukum Kamma maka kita akan mengerti bahwa tidak ada sosok diluar diri yang menjadi sandaran kita. Segala permasalahan di dalam hidup kita hanya kita sendirilah yang dapat mengatasinya. Setiap masalah pasti ada sebabnya; jika sudah tahu sebabnya maka pasti ada jalannya. Jangan mencari masalah di atas masalah. Saat kita membenci seseorang, sadarlah bahwa kebencian itu merugikan diri kita sendiri.

Demikian yang dapat dituliskan kembali, semoga bermanfaat.

Sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
Semoga semua makhluk berbahagia.
Sādhu, sādhu, sādhu. 




Related Postview all

Menyelesaikan Masalah Melalui Dhamma

access_time24 Agustus 2022 - 22:02:46 WIB pageview 3719 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Berbicara tentang kehidupan, semua dari kita pasti punya masalah. Siapa yang tidak punya masalah di dunia ini? Selama dilahirkan pasti ... [Selengkapnya]

Tisarana

access_time19 Agustus 2022 - 08:46:00 WIB pageview 12394 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Puññañ ce puriso kayirākayirāth’enaṁ punappunaṁtamhi chandaṁ kayirāthasukho puññassa ... [Selengkapnya]

Kebencian dan Solusinya

access_time01 Desember 2020 - 13:09:15 WIB pageview 11676 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Kālena dhammassavanaṁ Etammaṅgalamuttamaṁti.Mendengarkan Dhamma pada waktu yang sesuai, Itulah Berkah Utama. Pada kesempatan ... [Selengkapnya]

Perayaan Sangha Dana di Bulan Kathina 2564 BE / 2020

access_time09 Oktober 2020 - 00:56:25 WIB pageview 10646 views

Namo tassa bhagavato arahato sammāsambuddhassa (3x) Dānañca dhammacariyā ca etammaṅgalamuttamaṁti. Perayaan Saṅgha dāna di tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun ... [Selengkapnya]

Lima Kekuatan Dalam Kebajikan di Masa Covid-19

access_time07 September 2020 - 01:12:26 WIB pageview 9401 views

Hari Kemerdekaan Republik Indonesia adalah hari libur nasional di Indonesia untuk memperingati Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Setiap tahun pada ... [Selengkapnya]

menu SASANA SUBHASITA
menu