KHOTBAH TENTANG PEMBEBASAN (NIMOKKHA SUTTA, SN 1.2)
- Pariyatti Sasana – DBS 1 Desember 2019 -
Di Sāvatthi. Kemudian, ketika malam telah larut, satu dewata tertentu dengan keelokan yang luar biasa menerangi keseluruhan penjuru hutan Jeta menghampiri Begawan.
Setelah mendekat, dia memberi hormat pada Begawan dan berdiri di satu sisi. Berdiri di satu sisi, dewa tersebut berkata pada Begawan:
ʺTahukah Anda, Tuan, apa itu pembebasan, pelepasan, pengasingan untuk para makhluk?ʺ
ʺTeman, saya tahu apa itu pembebasan, pelepasan, pengasingan untuk para makhluk.ʺ
ʺLalu, bagaimanakah, Tuan, yang Anda pahami tentang pembebasan, pelepasan dan pengasingan para makhluk?ʺ
(ʺyathā kathaṃ pana tvaṃ, mārisa, jānāsi sattānaṃ nimokkhaṃ pamokkhaṃ vivekanʺti?)
ʺDisebabkan oleh penyusutan-total kesenangan terhadap eksistensi, disebabkan oleh kehancuran persepsi dan kesadaran, disebabkan oleh penghentian dan peredaan perasaan-perasaan — demikianlah, teman, Aku mengetahui pembebasan, pelepasan, pengasingan untuk para makhluk.ʺ Nimokkha Sutta - Saṃyutta Nikāya (SN1.2).
Demikian singkat isi Nimokkhasutta.
Pembebasan adalah disebabkan oleh penyusutan-total kesenangan terhadap eksistensi (kesenangan terhadap kehidupan / kelahiran kembali); Pelepasan adalah disebabkan oleh kehancuran persepsi dan kesadaran; Pengasingan adalah disebabkan oleh penghentian dan peredaan perasaan-perasaan.
Demikian jawaban singkat dari Buddha pada Sutta tersebut. Sekali lagi kalau anda tidak membaca kitab komentar, lalu bagaimana anda dapat memahami hal seperti ini?
Penjelasan
● Yang dimaksud dengan jānāsi no adalah jānāsi nu (apakah kamu tahu?)
● Pembebasan, pelepasan, pengasingan adalah nama-nama untuk Jalan dan lain-lain (nimokkhantiādīni maggādīnaṃ nāmāni).
Artinya dan lain-lain disini adalah Buah dan Nibbāna. Berarti Pembebasan adalah nama untuk Jalan; Pelepasan adalah nama untuk Buah; dan Pengasingan adalah nama untuk Nibbāna. Sutta ini hanya menjelaskan Magga, Phala dan Nibbāna secara ringkas.
Selama ini anda sering mendengar Maggañāna, Phalañāna, Nibbāna; tetapi apakah anda mengerti sebenarnya apa ketiga itu? Apa fungsinya? Sutta ini akan menjelaskannya.
Sebelum memulai pembahasan, perlu anda ketahui bahwa semua makhluk yang ada di dalam samsara ini memiliki batin, pikiran, persepsi, perasaan, atau apapun anda menyebutnya; secara teknis disebut dengan Citta dan Cetasika. Di seluruh samsara ini, Citta – kesadaran (atau orang awam menyebutnya dengan batin / pikiran/ dll) kalau dikumpulkan seluruhnya hanya ada 89 jumlahnya; atau kalau lebih detil ada 121 (berlaku bagi mereka yang menguasai Jhana dalam artian mencapai Magga-Jalan, Phala-Buah, dan Nibbāna melalui Jhana. Sehingga kesadaran mereka variasinya menjadi 121. Sedangkan bagi mereka yang pencapaian Magga dan Phala tidak melalui Jhana maka masuk dalam klasifikasi 89 Citta.
Namun demikian, tidak semua dari 89 kesadaran itu pernah kita alami semua. Seringkali yang kita alami itu paling hanya sekitar 40an. Dari 89 kesadaran tersebut dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan / bhumi yang terdiri dari :
- Kammavacara-bhumi adalah tingkatan lingkup indriawi.
Ini adalah jenis kesadaran yang muncul dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita semua berada dalam tingkatan ini.
- Rupavacara-bhumi adalah tingkatan lingkup materi halus yaitu bagi mereka yang menguasai Jhana materi halus.
- Arupavacara-bhumi adalah tingkatan non-materi yaitu bagi mereka yang menguasai Jhana non-materi.
- Lokuttara-bhumi adalah tingkatan adi-duniawi; tingkatan yang muncul ketika seseorang mencapai Magga, Phala dan Nibbāna.
Di dalam tingkatan lingkup indriawi yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari ini, yang dapat dengan mudah kita ketahui adalah kesadaran-kesadaran yang merupakan karma, membentuk karma yaitu ada 12 kesadaran yang tidak baik (Akusala). 12 kesadaran yang tidak baik ini dibagi lagi menjadi :
- 8 kesadaran tidak baik yang berakar pada Lobha – keserakahan
- 2 kesadaran tidak baik yang berakar pada Dosa – kebencian
- 2 kesadaran tidak baik yang berakar pada Moha – delusi
Disisi yang lain, ada kesadaran yang baik (Kusala).
Kesadaran Kusala dan Akusala inilah yang sering kali muncul di dalam kehidupan kita sehari-hari. Kalau anda ingin mengetahui secara mendetail maka sangat disarankan agar anda membaca buku manual Abhidhamma jilid 1. Tujuan hidup kita adalah menghancurkan 12 kesadaran yang tidak baik (12 Akusala Citta). Itulah tujuan hidup kita.
Mengapa kita harus menghancurkan 12 kesadaran yang tidak baik tersebut? Kita harus menghancurkan 12 kesadaran yang tidak baik tersebut karena 12 kesadaran tidak baik tersebut sesungguhnya adalah biang keladi penghancur kedamaian dan kebahagiaan kita. Selama 12 Akusala Citta itu masih eksis di dalam rangkaian kesadaran seseorang maka akan sangat sulit bagi orang tersebut untuk bisa mendapatkan kedamaian di dalam kehidupannya. 12 Akusala Citta inilah yang muncul bersama-sama dengan Kilesa.
Merujuk kepada pertanyaan dewa di Nimokkhasutta tentang pembebasan – Magga, pelepasan – Phala, dan pengasingan - Nibbāna; Magga–Phala adalah kesadaran pencerahan. Kesadaran baik atau kesadaran tidak baik yang bisa muncul berkali-kali dalam kehidupan; seperti saat ini kesadaran baik dan kesadaran tidak baik anda muncul berkali-kali. Sejak awal samsara sampai nanti di kehidupan anda yang terakhir ketika anda mencapai pencerahan, kesadaran baik dan kesadaran tidak baik bisa muncul berkali-kali tidak terhitung jumlahnya karena dalam 1 jentikan jari muncul 1 trilyun kesadaran (diperkirakan seperti itu).
Berbeda dengan kesadaran baik atau kesadaran tidak baik; kesadaran Jalan itu sejak awal samsara sampai akhir nanti hanya akan muncul 1 kali saja. Mengapa kesadaran Jalan atau Jalan hanya muncul 1 kali? Perlu anda ketahui bahwa setiap kesadaran muncul karena melakukan sesuatu yang merupakan fungsi tugas & kewajibannya. Setiap kesadaran apapun itu muncul karena ‘dia’ harus melakukan fungsinya, tugasnya, kewajibannya.
Tugas dari kesadaran Jalan adalah menghancurkan kilesa. Jadi ketika kesadaran Jalan itu muncul sekali, ‘dia’ bertugas menghancurkan kilesa dan tugasnya itu selesai. Tidak perlu lagi untuk melakukan tugas untuk kedua kalinya, ketiga kalinya, dan seterusnya. Dan itulah mengapa kesadaran Jalan hanya muncul 1 kali. Ketika seseorang mencapai tingkat kesucian Sotapanna, maka kesadaran Jalan Sotapatti akan muncul untuk menghancurkan kilesa-kilesa yang kasar yang mempunyai potensi / kekuatan untuk menghasilkan kelahiran di 4 Apaya. Itulah mengapa ketika seseorang mencapai tingkat kesucian Sotapanna maka sejak saat itu juga pintu 4 Apaya tertutup baginya. Mengapa? Karena semua kotoran batin, semua karma-karma buruk dimasa lalu yang sudah dia lakukan yang kasar-kasar yang mempunyai kekuatan untuk menghasilkan kelahiran di 4 alam Apaya hancur. Disamping itu kesadaran Jalan Sotapatti juga menghancurkan semua kilesa-kilesa yang kasar; sehingga sejak detik itu sampai selanjutnya sampai dia mencapai Nibbāna; dia tidak akan bisa melakukan karma buruk yang kasar. Itulah mengapa karma buruk yang dilakukan oleh seorang Sotapanna tidak cukup mempunyai kekuatan untuk membuatnya lahir di 4 alam Apaya.
Demikian pula ketika seseorang mencapai tingkat kesucian Sakadagami, maka kesadaran Jalan dengan nama yang berbeda akan muncul, yaitu kesadaran Jalan Sakadagami. Ketika seseorang mencapai tingkat kesucian Anagami, maka kesadaran Jalan yang berbeda akan muncul, yaitu kesadaran Jalan Anagami. Ketika seseorang itu mencapai tingkat kesucian Arahat, maka kesadaran Jalan yang lain yang muncul, yaitu kesadaran Jalan Arahat.
Kesadaran Jalan muncul hanya 1 kali karena sesungguhnya hanya ada 1 fungsi dari Jalan yaitu menghancurkan kotoran batin. Jadi di setiap tingkatan pencerahan, setiap kesadaran Jalan menghancurkan kotoran-kotoran batin yang berbeda-beda. Makin lama makin lembut, sehingga ketika seseorang mencapai tingkat kesucian Arahat, kesadaran Jalan Arahatta menghancurkan kilesa-kilesa yang tersisa. Jadi itulah yang dimaksud dengan PEMBEBASAN yang terjadi melalui Magga-Citta dan PELEPASAN yang terjadi melalui Phala-Citta.
● Oleh karena para makhluk terbebas dari ikatan-kilesa melalui Jalan maka Jalan dikatakan sebagai pembebasan untuk para makhluk (maggena hi sattā kilesabandhanato nimuccanti, tasmā maggo sattānaṃ nimokkhoti vutto).
Jadi seperti yang sudah dijelaskan bahwa yang dimaksud pembebasan untuk para makhluk disini adalah Jalan atau Magga-Citta atau kesadaran Jalan yang terdiri 4 kesadaran Jalan yang masing-masing hanya muncul untuk 1 kali disetiap tingkatan pencerahan. Kenapa kesadaran Jalan itu hanya muncul 1 kali saja? Karena ketika kesadaran Jalan muncul 1 kali saja, kesadaran Jalan tersebut sudah berhasil untuk melaksanakan fungsinya.
● Selanjutnya, di momen Buah, mereka terlepas dari ikatan-kilesa. Oleh karena itu Buah dikatakan sebagai pelepasan para makhluk (phalakkhaṇe pana te kilesabandhanato pamuttā, tasmā phalaṃ sattānaṃ pamokkhoti vuttaṃ).
Proses yang terjadi adalah ketika seseorang ber-Vipassana; ketika Vipassana-nya tersebut telah mencapai puncaknya maka akan muncul 1 kesadaran yang disebut sebagai kesadaran Jalan (Magga-citta). Ketika kesadaran Jalan ini muncul, dia menghancurkan kilesa sesuai dengan tingkatan kesadaran Jalan yang dicapai. Ketika kesadaran Jalan ini muncul, secepat kilat dia lenyap. Setelah kesadaran Jalan ini lenyap, maka 2 kesadaran Buah muncul; atau 3 kesadaran Buah muncul.
Perumpamaan:
Diibaratkan kesadaran Jalan adalah kesadaran yang memadamkan ladang yang terbakar. Ketika ada sebuah ladang yang terbakar, maka kesadaran Jalan ini ibaratnya adalah air yang memadamkannya. Ketika air ini sudah memadamkan api, biasanya ladang terbakar yang baru saja dipadamkan masih mengeluarkan asap. Asapnya ini kemudian dipadamkan total oleh kesadaran Buah. Jadi kesadaran Buah ini yang membuat kilesa-kilesa yang baru saja dihancurkan di arus kesadaran tersebut lenyap total dan kesadaran menjadi stabil kembali.
Oleh karena itulah dikatakan bahwa di momen kesadaran Buah yang muncul persis setelah kelenyapan kesadaran Jalan maka para makhluk terlepas dari ikatan kilesa secara total. Oleh karena itu Buah dikatakan sebagai pelepasan para makhluk. Kesadaran Buah adalah kesadaran yang seperti namanya yaitu Buah dari kesadaran Jalan; dalam Abhidhamma dinamakan Kesadaran Resultan Adi-duniawi yang merupakan hasil atau resultan dari kesadaran Jalan. Oleh karena itulah ‘mereka’ mempunyai bentuk yang mirip dengan kesadaran Jalan. Jadi sebenarnya meskipun tingkat pencerahan itu ada 4 yaitu Sotapanna, Sakadagami, Anagami, dan Arahat; tetapi sesungguhnya kesadaran Jalan dan kesadaran Buah di setiap tingkatan tersebut memahami 4 Kebenaran Mulia yang sama. Pencerahan akan terjadi hanya ketika anda telah memahami 4 Kebenaran Mulia.
Bagaimana anda memahami 4 Kebenaran Mulia? Anda memahami 4 Kebenaran Mulia melalui Vipassana anda. Itulah mengapa tadi dikatakan bahwa ketika Vipassana seseorang telah mencapai puncaknya, maka pada saat itu kesadaran Jalan muncul. Apa itu yang disebut mencapai puncaknya? Artinya yang bersangkutan telah memahami 4 Kebenaran Mulia dengan sempurna sesuai dengan tingkat pencapaiannya masing-masing. Ketika dia mencapai tingkat kesucian Sotapanna, maka dia telah ber-Vipassana dengan memahami 4 Kebenaran Mulia dalam level-nya sebagai seorang Sotapanna. Ketika dia kemudian mencapai tingkat kesucian yang lebih tinggi yaitu Sakadagami, maka dia telah ber-Vipassana dengan memahami 4 Kebenaran Mulia dalam level Sakadagami. Demikian sama halnya ketika seseorang mencapai tingkat kesucian Anagami; dan ketika mencapai tingkat kesucian Arahat.
● Ketika mencapai Nibbāna, seseorang terpisah dari segala bentuk dukkha. Oleh karena itu Nibbāna dikatakan sebagai pengasingan (nibbānaṃ patvā sattānaṃ sabbadukkhaṃ viviccati, tasmā nibbānaṃ vivekoti vuttaṃ).
Di dalam kitab sub-komentar terdapat penjelasan sebagai berikut: yang dimaksud dengan terpisah adalah tersendiri, tidak tercampur (asamiso), yang mengandung makna menghilang atau menjauh.
Ketika seseorang masuk ke dalam Nibbāna, dia benar-benar terpisah secara total dari dukkha / penderitaan. Oleh karena itulah Nibbāna dan Samsara itu berbeda. Ada yang mengatakan bahwa Nibbāna itu ada di dalam Samsara. Tetapi Theravada tidak mengatakan demikian. Theravada mengatakan bahwa Nibbāna dan Samsara adalah 2 wujud yang berbeda yang saling terpisah. Dukkha adanya di Samsara. Nibbāna terpisah dari dukkha artinya Nibbāna terpisah dari Samsara. Jadi yang dijelaskan dalam kitab komentar bahwa yang di maksud dengan terpisah itu adalah tersendiri (menyendiri – berbeda dengan samsara); tidak tercampur (Nibbana dan Samsara tidak bercampur); yang mengandung makna menghilang atau menjauh (dukkha menghilang / menjauh dari dukkha). Jadi sekali lagi, Nibbāna dan Samsara adalah 2 entitas yang berbeda. Ketika seseorang mencapai Nibbāna maka dia akan terpisah dari segala bentuk dukkha, dia terpisah dari Samsara. Oleh karena dukkha terpisah maka disebut sebagai pengasingan. Oleh karena dukkha terpisah dari Nibbāna maka Nibbāna disebut sebagai PENGASINGAN.
Alternatif ke-dua, penjelasan dalam sub-komentar mengatakan : para makhluk terbebas dari segala bentuk penderitaan di siklus kelahiran dan kematian yaitu di dalam Nibbāna. Disini, di dalam Nibbāna; mereka terbebaskan dan terpisah maka disebut sebagai pembebasan, pelepasan, pengasingan. Makna dari semua hendaknya dipahami sebagai Nibbāna.
Jadi ada 2 alternatif penjelasan:
1. Pembebasan merujuk kepada Magga; Pelepasan merujuk kepada Phala; Pengasingan merujuk kepada Nibbāna.
2. Pembebasan, Pelepasan, dan Pengasingan; ketiga-tiganya merujuk kepada Nibbāna.
Tidak ada yang salah dalam kedua penjelasan tersebut; karena sesungguhnya esensi dari Magga (kesadaran Jalan) muncul karena mengambil Nibbāna sebagai objek; demikian halnya dengan Phala (kesadaran Buah). Kesadaran Jalan dan kesadaran Buah objeknya hanya 1 yaitu Nibbāna.
Nibbāna dikatakan sebagai Dhamma Yang Tidak Berkondisi (asankhata); artinya Nibbāna tidak membutuhkan kondisi apapun untuk eksistensinya. Berbeda dengan kesadaran mata yang membutuhkan kondisi. Anda dapat melihat karena ada kondisi yang terpenuhi diantaranya: bola mata yang sehat, ada cahaya, ada perhatian, dan ada objek.
Cobalah anda renungkan; ketika anda ber-vipassana, anda akan merealisasi – melihat bahwa citta / kesadaran itu tidak lain dan tidak bukan hanyalah 1 fenomena yang muncul karena terpenuhinya berbagai kondisi. Dia bukan milik-ku, milik anda, bukan anda, bukan juga roh. Dia adalah fenomena normal saja yang muncul ketika ada berbagai kondisi lengkap yang bertemu. Salah satu contohnya adalah proses melihat. Proses melihat dapat terjadi karena bertemunya 4 hal tadi yaitu bola mata yang sehat, ada cahaya, ada perhatian, dan ada objek. Jika salah satu dari 4 hal ini tidak eksis, apakah ada proses melihat? Tidak.
Demikian halnya dengan proses mendengar. Proses mendengar dapat terjadi apabila : ada suara, telinga yang sehat, perhatian untuk mendengarkan suara, dan ada ruang diantara suara dan telinga. Itulah yang disebut dengan Dhamma-Dhamma yang berkondisi.
Tetapi Nibbāna bukanlah Dhamma yang berkondisi. Nibbāna tidak berkondisi. Oleh karena itu dikatakan Nibbāna tidak pernah muncul juga tidak pernah lenyap. Nibbāna itu selalu ada. Hari ini Nibbāna ada; detik ini juga Nibbāna ada. Nibbāna selalu ada. Nibbāna adalah Dhamma yang tidak muncul dan tidak lenyap. Itulah Nibbāna.
Sutta ini mengajarkan kepada kita tentang 3 Dhamma yaitu : Pembebasan (Magga), Pelepasan (Phala), dan Pengasingan (Nibbāna).
Di dalam Abhidhamma, Nibbāna disebut sebagai Lokuttara (adi-duniawi); berada di luar yang duniawi. Nibbāna harus direalisasi oleh Cattu-Magga / 4 kesadaran. Nibbāna menjadi objek untuk Magga dan Phala. Disebut Nibbāna karena meninggalkan nafsu kehausan, meninggalkan tanha yang merajut kehidupan ini.
Yang merajut / menjahit kehidupan ini artinya yang menyambung kehidupan ini dengan kehidupan-kehidupan yang sebelumnya–kehidupan kali ini–dan kehidupan berikutnya; semua disambung oleh nafsu kehausan / tanha.
● Atau, semuanya itu hanyalah nama-nama untuk Nibbāna. Oleh karena setelah mencapai Nibbāna seseorang terbebas, terlepas, terpisah dari segala bentuk dukkha; oleh karenanya Nibbāna itu sendirilah yang dikatakan sebagai ‘pembebasan, pelepasan, pengasingan’.
Ini adalah merujuk kepada altenatif penjelasan ke-dua yaitu 3 Dhamma tadi (pembebasan, pelepasan, pengasingan) merujuk kepada 1 Dhamma yang Tidak Berkondisi yaitu Nibbāna.
Selanjutnya Buddha lalu menjawab :
● Saya tahu: saya mengetahuinya. ʺKhoʺ mengandung makna penekanan; [jadi bisa diartikan sebagai] ‘saya sendiri mengetahuinya.’
Buddha mengetahuinya melalui pengalaman langsung; bukan ber-teori. Point disini adalah pengalaman langsung. Sesungguhnya semua Ariya – orang suci akan mengalami Nibbāna. Ketika anda mengalami Nibbāna secara langsung itulah saatnya anda langsung menjadi seorang Ariya. Jadi ketika belum mengalami Nibbāna maka seseorang tidak dapat menjadi seorang Ariya.
● Oleh karena hanya demi pengetahuan tentang pembebasan, pelepasan dan pengasingan para makhluk, Aku telah memenuhi tiga puluh pāramī, telah menembus Pengetahuan Kemahatahuan. Dia mengaumkan auman-singa. Sesungguhnya, sutta ini dinamakan auman-singa seorang Buddha.
Perlu anda ketahui bahwa Ajaran-ajaran Pembebasan sebenarnya selalu ada. Tetapi ada satu masa tertentu dimana Ajaran-ajaran ini tidak ada yang mengetahuinya. Setelah ajaran Buddha Gotama ini nanti yang diyakini oleh Myanmar hanya berumur 5000 tahun. Berarti kita masih memiliki waktu sekitar 2500 tahun lagi. Setelah itu, Ajaran Buddha diyakini akan hilang. Setelah 5000 tahun, Ajaran ini akan hilang artinya tidak ada yang mengetahui cara untuk melatih Jhana; tidak ada yang tahu cara untuk mencapai Magga, Phala, dan Nibbāna. Masa yang ‘gelap-gulita’ ini akan bertahan untuk jangka waktu yang sangat lama sekali sampai pada kemunculan Buddha Maitreya.
Jadi ketika sebelum kemunculan Buddha Gotama; Ajaran Buddha sebelumnya (Buddha Kassapa) hilang. Oleh karena itulah Bodhisatta menyatakan diri bahwa beliau ingin menjadi seorang Buddha. Dan untuk dapat menjadi seorang Buddha, Bodhisatta harus menyempurnakan parami-paraminya selama 4 asankheya dan seratus ribu kalpa. Disepanjang waktu yang panjang ini, Bodhisatta merintis karir untuk menyempurnakan 30 parami.
Jika kita ingin menjadi Arahat, kita hanya perlu menyempurnakan 10 parami saja; tidak 30 parami. Ada yang mengatakan bahwa setiap orang memiliki benih ke-Buddha-an; semua dari anda itu adalah Buddha. Sekarang anda tinggal merenungkannnya; samakah anda dengan Bodhisatta? Apakah praktek anda sama dengan Bodhisatta?
Buddha menyempurnakan 30 parami terdiri dari 10 parami yang biasa + 10 upaparami + 10 paramathaparami. Buddha menyempurnakan tingkatan parami yang lebih tinggi; mendanakan anggota tubuhnya bahkan nyawanya. Itulah mengapa Buddha memiliki kualitas yang berbeda dengan para muridnya, para Arahat yang lainnya; bahkan berbeda dengan Buddha-Buddha lainnya karena Buddha Gotama adalah Buddha yang memiliki kebijaksanaan paling tinggi paling kuat. Oleh karena itulah Beliau memiliki Sabbaññūta-ñāna – pengetahuan kemahatahuan; mengetahui banyak hal karena proses meniti karirnya yang seperti itu.
Point yang ingin disampaikan adalah bahwa hidup itu adalah ‘meniti karir’; seperti Bodhisatta yang meniti karir; anda bekerja juga meniti karir; maka dalam kehidupan inipun anda / kita juga harus meniti karir. Meniti karir yang seperti apa? Kembangkanlah pengetahuan Pariyyati anda, kembangkanlah Paṭipatti anda. Pariyatti dan Paṭipatti harus dikembangkan karena hanya dengan demikianlah kita adalah seorang yang Dhammavihari yaitu seseorang yang tidak hanya belajar Pariyatti tetapi selain belajar Pariyatti juga berlatih meditasi. Jadi kembangkanlah karir tersebut.
Auman-singa artinya ini adalah penyataan tegas dari Buddha bahwa beliau tahu apa itu pembebasan, pelepasan dan pengasingan. Ini adalah kalimat penegasan. Demikian pengertian istilah ‘auman-singa’.
Meskipun sutta ini sangat singkat; tetapi point dari sutta ini adalah memberikan gambaran kepada kita tentang apa yang seharusnya kita kejar dalam kehidupan ini. Sebagai umat Buddha, yang harus kita kejar dalam kehidupan ini adalah pencapaian Magga, Phala, Nibbāna; karena hanya dengan pencapaian Magga inilah maka semua kesadaran-kesadaran yang tidak baik dapat dihancurkan; karena kita menyadari bahwa sebenarnya kesadaran yang tidak baik inilah (Lobha, Dosa, Moha) yang menjadi penyebab kehancuran kedamaian hati kita.
Pertanyaannya adalah yang membuat hancur kedamaian anda, hancur kebahagian anda itu siapa? Yang menghancurkan kedamaian dan kebahagiaan adalah kilesa – kotoran batin yang ada di kesadaran kita sendiri. Jadi kotoran batin ada di kesadaran kita masing-masing. Jadi sekarang anda tahu siapa sebenarnya biang keladi yang membuat anda tidak Bahagia? Adalah kilesa di dalam diri sendiri; maka tidak sepatutnya anda menyalahkan istri atau suami anda.
Itulah tujuan kita sebagai umat Buddha yaitu mencapai Magga, Phala, dan Nibbāna. Oleh karena itu ketika kita mengetahui betapa mulianya Ajaran ini, dan betapa akuratnya Ajaran ini untuk menentukan penyakit yang merusak kedamaian kebahagiaan hati kita maka hendaknya kita dapat memanfaatkan waktu di dalam kehidupan kita ini sebaik-baiknya untuk berjuang menghancurkan kilesa ini. Jangan sia-siakan kehidupan ini. Anda sudah beruntung bertemu dengan Ajaran Buddha, sesuai dengan Tripitaka, kitab komentar dan kitab sub-komentarnya; banyak yang tidak mendapatkan kesempatan yang berharga seperti ini. Oleh karena itu anda harus benar-benar memanfaatkannya karena anda sudah mengetahuinya maka anda harus jaga kehidupan yang berharga ini. Jangan hanya dibuang begitu saja. Dan tidak hanya di kehidupan yang kali ini tapi juga dikehidupan berikutnya anda juga harus terus berjuang untuk menyempurnakan karir anda seperti Bodhisatta menyempurnakan karir Ke-Buddha-an beliau.
Salah satu aspirasi yang sering disampaikan adalah :
Buddham jivitam yava nibbanam saranam gaccami
Dhammam jivitam yava nibbanam saranam gaccami
Sangham jivitam yava nibbanam saranam gaccami
ʺSaya pergi kepada Buddha sebagai pelindung di dalam kehidupan ini hingga nanti mencapai Nibbāna.
Saya pergi kepada Dhamma sebagai pelindung di dalam kehidupan ini hingga nanti mencapai Nibbāna.
Saya pergi kepada Sangha sebagai pelindung di dalam kehidupan ini hingga nanti mencapai Nibbāna.ʺ
● Buddha menjawab, disebabkan oleh penyusutan total kesenangan terhadap eksistensi (yaitu nama lain dari tanha – nafsu kehausan); disebabkan oleh kehancuran persepsi dan kesadaran, disebabkan oleh penghentian dan peredaan perasaan-perasaan; demikianlah teman, Aku mengetahui pembebasan, pelepasan, pengasingan untuk para makhluk.
● Demikianlah hendaknya dipahami bahwa Nibbāna dikatakan berdasarkan tiadanya kelangsungan lima agregat-agregat ini.
Artinya di dalam Nibbāna tidak ada pancakkhandha
● Thera yang merupakan ‘pengumpul’ 4 nikāya memberikan persetujuan hanya pada metode ini. Jadi, dengan [penjelasan tentang] Nibbāna Begawan mengakhiri pembabarannya.
Penulis & Editor: Lij Lij